JMS Sports Hall

 

Masa pandemi tak hanya membuat para orangtua merasa berat. Anak-anak yang seharusnya memiliki keleluasaan bermain pun terpaksa membatasi diri dan diam di rumah saja. Anak pun bisa stres dan tertekan, apalagi jika lingkungan rumah tidak mendukungnya. Itulah asalan mengapa menjaga kecerdasan emosi anak saat pandemi sangat penting.

Sejak Januari 2020, WHO telah menyatakan dunia masuk ke dalam darurat global terkait virus ini. Langkah yang telah dilakukan oleh pemerintah salah satunya adalah dengan mensosialisasikan Social Distancing. Untuk sektor Pendidikan, semua sekolah melakukan pembelajaran jarak jauh. Hal ini untuk memastikan pemenuhan hak peserta didik untuk mendapatkan layanan pendidikan selama darurat Covid-19, melindungi warga satuan pendidikan dari dampak buruk Covid-19, mencegah penyebaran, dan penularan Covid-19 di satuan pendidikan guna untuk memastikan pemenuhan dukungan psikososial bagi pendidik, peserta didik, dan orang tua.

Kecerdasan emosional merupakan kemampuan untuk mengenali dan mengekspresikan emosi, mengasimilasi emosi dengan pikiran, berpikir, dan menalar dengan emosi, dan meregulasi emosi diri sendiri dan orang lain.

Anak yang memiliki kecerdasan emosional yang rendah biasanya mudah marah dan cemas tanpa mengetahui sebabnya, tidak memahami perasaan orang lain, kesulitan dalam menanggapi perilaku dan perasaan orang lain, sulit mengontrol emosi, terutama ketika stres, dan tidak memahami hubungan antara emosi, pikiran, dan perilaku.

Salah satu tugas utama orang tua adalah melatih anak, untuk mampu mengendalikan emosi. Berikut ini adalah 5 cara untuk melatih kecerdasan emosional pada anak selama pandemi:

 

  1. Membantu anak mengenali emosi

    Untuk menumbuhkan kecerdasan emosionalnya, anak perlu dilatih dan dididik untuk mengenal dan mengendalikan emosi. Orangtua dapat membimbing anak mengungkapkan emosinya, misalnya saat menonton film atau setelah mendengarkan cerita atau dongeng.
    Komunikasi dan kasih sayang merupakan kunci utama untuk melatih anak mengenal emosi dan mengendalikannya. Oleh karena itu, penting bagi setiap orang tua untuk sering menanyakan apa yang sedang dirasakan anak serta melatih anak untuk mengungkapkan emosinya dengan berkata jujur dan terbuka.
    Ketika anak berperilaku kasar atau tantrum karena merasakan emosi negatif, seperti marah, kesal, atau kecewa, ajari anak untuk meredakan atau mengalihkan emosinya dengan hal yang positif, misalnya mengajak mereka bermain atau memeluknya.

  2. Membantu anak mengenali emosi

    Anak dengan rasa percaya diri tinggi akan mampu meningkatkan kecerdasannya. Sebaliknya, anak yang cerdas akan mengalami hambatan dalam perkembangan saat tidak memiliki rasa percaya diri.
    Orangtua dapat mengajarkan anak untuk membangun rasa percaya diri dan memberinya motivasi agar bisa meraih keinginan atau cita-cita mereka. Namun, jangan lupa untuk tetap perlu mengingatkan bahwa hal tersebut membutuhkan kerja keras, usaha, dan waktu yang tidak sebentar.

  3. Melatih Anak Memiliki Sikap Empati

    Orangtua dapat membangun rasa empati anak dengan mendidiknya untuk lebih peka terhadap perasaan orang lain. Misalnya, ketika ia bercerita tentang temannya yang kehilangan mainan, coba tanyakan “Bagaimana perasaanmu kalau kamu yang kehilangan mainan?” Anak yang memiliki empati tentu akan bersedia meminjamkan mainan kepada temannya.
    Dengan melatih anak terbiasa untuk memikirkan perasaan orang lain, ia akan lebih empati dan peka terhadap orang dan lingkungan di sekitarnya. Hal ini juga bisa membuat mereka lebih bijak dan berperilaku baik terhadap orang lain.

  4. Ajari Anak Cara Mengelola Emosi Negatif

    Setiap orang pasti pernah mengalami emosi negatif seperti rasa marah dan cemburu. Namun, jangan biarkan anak menunjukkan emosi negatif ini terus-terusan. Mulai sejak dini, Anda harus mengajari anak Anda cara mengatasi emosi negatif dengan cara yang positif..
    Contohnya, Anda bisa memberi penjelasan seperti, “Kalau kakak kesal waktu Suzy ambil boneka kakak, jangan dipukul ya, Kak.” Sampaikan juga cara yang sebaiknya dilakukan anak Anda, “Kakak bisa bicara baik-baik sama Suzy untuk gantian atau berdua main bonekanya.” Selain menanamkan rasa empati, secara tidak langsung Anda juga telah mengajarkan anak untuk berbagi.

  5. Jadilah Contoh Untuk Anak

    engan memberi contoh bagaimana kita berempati dan menunjukkan rasa hormat kepada anak, kita dapat sangat memengaruhi tindakan anak terhadap orang lain. Memberi contoh dengan berempati pada anak dan orang lain membantu anak memiliki keterampilan ini lebih cepat. Karena mereka pasti mengamati dan kemudian akan melakukan hal yang sama seperti yang kita lakukan. Jangan lupa, anak adalah peniru terbaik. Mereka memerhatikan saat kita berinteraksi dengan pasangan kita, orangtua kita, dan bahkan kucing atau binatang lain yang kita temui. Namun demikian, kita harus menyadari bahwa anak mendapat pengalaman berempati bukan hanya dengan melihat kita melakukannya pada orang lain, tapi juga bagaimana cara kita berinteraksi dengan anak.

Selama masa pembelajaran dari rumah, salah satu sekolah internasional terbaik di Jakarta, Jakarta Multicultural School (JMS) juga memasukan mata pelajaran non-akademik seperti Mata Pelajaran Seni dan Pendidikan Jasmani, agar siswa dapat mengekspresikan diri melalui seni dan gerak.

Share This Post!

Bergabunglah dengan Pengalaman Kami!

Menjadi bagian dari JMS bukan hanya untuk program belajar yang menyenangkan,
tetapi juga untuk mengembangkan masa depan mereka.

Thank you for your message. It has been sent.
There was an error trying to send your message. Please try again later.